How Children Succeed - Grit , Curiosity and The Hidden Power of Character – Paul Tough
Long wiken gak kemana2.. ya sudah lah bikin resensi buku
ke-dua J
Sebenarnya buku ini dah lama banget dibacanya, sebelum baca
buku Lean In. Tapi baru sempet sekarang me-review nya. Semoga masih inget ya
pointers nya.
Asli emang sekarang lagi suka baca-baca buku soal parenting,
pendidikan dan karir.. emang faktor “U” kali ya.. emang “U” saya sekarang
hal-hal tersebut lah yang penting.. ntar lain kali klo ada waktu mungkin bikin
review buku 50 shades.. #eh.. heheheh.. bukunya aja blm punya kalo itu.. suwer
:p.
Kali aja ada yg mau minjemin
boleh kakak.. :D XD
Oke waktunya serius sekarang..
Karena buku ini ditulis oleh orang Amerika, sedikit banyak
membahas masalah pendidikan di sana.. beberapa hal bisa berlaku universal sih.
Negara superpower seperti Amerika pun memiliki masalah mengenai pendidikan,
dimana hal yang menjadi masalah adalah biasanya di daerah daerah miskin yang
kebetulan banyak warga African American yang bermasalah dengan gangster,
narkoba ataupun banyaknya single mothers. Anak-anak dari daerah tersebut yang
biasanya lebih miskin memiliki nilai yang lebih rendah dari pada sebayanya yang
berasal dari keluarga mampu. Dan bagaimana kebijakan publik bisa dilakukan oleh
pemerintah untuk menangani isu tersebut. Bagaimana bisa menjadikan anak-anak
dari daerah miskin bisa bersaing dengan anak-anak lainnya.
Isu nya sangat kompleks, begitu juga buku ini saya rasa
sangat kompleks membahas isu pendidikan tersebut. Banyak contoh-contoh yang
disampaikan oleh penulis. Banyak sekali riset untuk menemukan sebenarnya faktor
apa sih yang paling berpengaruh yang harus dimiliki anak-anak untuk dapat
berhasil.
Yang bikin kagum dari buku-buku luar negeri memang semua
riset yang harus dilakukan untuk menulis sebuah buku, jadi bukan hanya pendapat
penulisnya saja. Tapi memang didasari oleh riset sebelumnya. Saya masih menunggu nih ada ngga
riset pendidikan di Indonesia. Jadi kurikulum bukan ganti-ganti begitu saja
setiap ganti menteri. Kalaupun harus ganti ada dasarnya.. Bukan hanya studi banding atau mencontek negara lain. Karena tiap negara punya karakter, budaya dan masalah yang berbeda. Kebijakan pendidikan harusnya memang country specific. Apalagi di Indonesia banyak suku bangsa.. harusnya bisa culture specific.
Yang disampaikan penulis juga bahwa saat ini kita hidup di
dunia dimana sukses semata-mata dinilai dari hal-hal yang kognitif - yaitu
kecerdasan yang biasanya diukur dengan IQ. Dan cara terbaik untuk meningkatkan
kecerdasan adalah dengan cara mempelajari hal-hal kognitif sedini mungkin. Misalnya mulai belajar baca tulis sedini mungkin. Hal tersebut benar
misalnya adalah bila seorang anak kelas 4 SD ingin meningkatkan kemampuan membaca,
maka membaca 40 buku selama liburan kenaikan kelas pasti akan meningkatkan
kemampuannya. Namun bagaimana caranya meningkatkan hal hal yang tidak bisa
diukur seperti meningkatkan rasa keingintahuan.
Salah satu riset menarik mengenai IQ adalah bahwa sebenarnya
IQ juga dipengaruhi motivasi. IQ tidak seperti yang dahulu dipercaya bahwa IQ
itu faktor dari lahir, dan seseorang dengan IQ yang rendah akan selamanya
rendah.
Riset yang dilakukan pada tahun 60an ini membagi 79 anak
dalam dua kelompok berumur 5 – 7 tahun yang berasal dari keluarga menengah ke
bawah (Kelompok kontrol dan eksperimen). Pada tes pertama kedua kelompok
diberikan tes IQ standar yang sama. Tujuh minggu kemudian anak-anak tersebut di
tes kembali, namun kelompok eksperimen diberikan 1 buah coklat M&M untuk
setiap jawaban yang benar. Pada test pertama kedua kelompok mendapat hasil yang
sama, namun di test kedua terdapat perbedaan 12 point lebih tinggi pada
kelompok eksperimen. Ternyata adanya motivasi yaitu reward berupa coklat M&M dapat meningkatkan kecerdasan??
Beberapa tahun kemudian dilakukan kembali test yang hampir
sama, dimana pada test pertama semua anak digabung dan diberi test yang sama.
Kemudian berdasarkan hasil tersebut dibagi tiga kategori yaitu IQ tinggi, IQ
sedang dan IQ rendah. Kemudian ketiga kategori tersebut dibagi dua, yaitu
kelompok kontrol dan eksperimental. Seperti sebelumnya setiap kelompok eksperimen
dijanjikan 1 coklat M&M untuk setiap jawaban benar. Hasilnya, coklat
M&M tidak terlalu merubah hasil pada kategori IQ tinggi dan IQ sedang,
namun pada IQ rendah terjadi kenaikan hasil test yang signifikan. Hasil test
kategory IQ rendah yang diberi M&M bahkan hampir menyamai kategori IQ
sedang. Pertama hasil nya adalah 79 namun setelah diberi M&M menjadi 97.
Pertanyaannya kemudian adalah.. apakah benar anak-anak
tersebut memiliki IQ rendah atau mereka sebenarnya tidak begitu.
Apakah seumur hidup harus diberikan reward M&M untuk
setiap jawaban yang benar.. padahal, ketika kita belajar reward itu pasti akan
ada. Walaupun tidak senyata dan secepat reward M&M , rewardnya adalah
kemungkinan besar sang anak bisa lulus sekolah dengan nilai baik. Namun tiap
pendidik tahu bahwa tidak semudah itu untuk memberi motivasi pada seorang anak
agak berhasil demi reward yang belum terlihat di masa depannya.
Hal mengenai motivasi amatlah kompleks dan bahkan bisa
menjadi senjata makan tuan. Hal ini dibuktikan dengan riset lainnya dimana
memberi insentive bagi guru dan murid untuk nilai yang bagus ternyata tidak
banyak meningkatkan hasil test lainnya seperti test membaca.
Analisa lain dari test IQ dan motivasi tersebut adalah benar
bahwa anak-anak tersebut memang sebenarnya memiliki IQ 97 tapi mereka tidak
memiliki keinginan kuat untuk berhasil makanya di test pertama skornya hanya
79. Faktor kurangnya kemauan tersebut sebetulnya adalah prediktor yang lebih
akurat untuk kesukseksesan.. dimana kurangnya kemauan untuk berusaha keras pada
anak-anak tersebut dapat terbawa sampai dewasa. Jadi sekarang faktornya adalah
bagaimana meningkatkan rasa kemauan kuat tersebut. Kuncinya bukan lah semata IQ
untuk berhasil.. tapi KARAKTER..
Menurut buku ini ada beberapa Karakter yang penting untuk
dimiliki yaitu :
Grit (passionate commitment to a single mission), Self Control , Zest (enjoyment and enthusiasm) , Social Intelligence, Gratitude, Optimism dan
Curiosity .
Dalam buku ini , penulis menyampaikan bahwa seperti hal nya kecerdasan
terukur seperti kemampuan bahasa dan matematika, maka karakter pun bisa
dibentuk dan diperbaiki. Penelitian pada anak-anak yang percaya bahwa
kecerdasan dan karakter mereka bisa ditingkatkan, maka hasil testnya lebih baik
daripada anak-anak yang percaya bahwa kecerdasan yang mereka miliki adalah dari
lahir dan tidak bisa ditingkatkan lagi.
Faktor lain yang dibahas adalah juga pentingnya attachement parenting atau grooming di awal-awal kehidupan seorang anak. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen pada sekelompok anak tikus lab. Dimana anak tikus yang mendapatkan grooming dari induknya cenderung untuk lebih cerdas ketika dihadapkan pada masalah. Anak-anak tikus yang diperhatikan oleh induknya (groomed) akan lebih cepat mencari makanan. Sebaliknya pada anak-anak tikus yang tidak di groomed oleh induknya, mereka kurang cerdas dan akhirnya bisa kelaparan.
Hal ini seperti nya common sense saja ya, kalau melihat anak-anak yang kurang perhatian orang tua memang cenderung bermasalah juga di sekolah. Namun ternyata nice to know bahwa memang ada penelitian yang mendukung hipotesa itu.
Hal tersebut menjadi pengingat akan pentingnya kasih sayang di awal-awal kehidupan anak.
Faktor lain yang dibahas adalah juga pentingnya attachement parenting atau grooming di awal-awal kehidupan seorang anak. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen pada sekelompok anak tikus lab. Dimana anak tikus yang mendapatkan grooming dari induknya cenderung untuk lebih cerdas ketika dihadapkan pada masalah. Anak-anak tikus yang diperhatikan oleh induknya (groomed) akan lebih cepat mencari makanan. Sebaliknya pada anak-anak tikus yang tidak di groomed oleh induknya, mereka kurang cerdas dan akhirnya bisa kelaparan.
Hal ini seperti nya common sense saja ya, kalau melihat anak-anak yang kurang perhatian orang tua memang cenderung bermasalah juga di sekolah. Namun ternyata nice to know bahwa memang ada penelitian yang mendukung hipotesa itu.
Hal tersebut menjadi pengingat akan pentingnya kasih sayang di awal-awal kehidupan anak.
Salah satu kesimpulan Penulis dari buku ini adalah :
Seperti kebanyakan orang tua lain yang awalnya khawatir
bahwa anaknya tidak akan sukses bila tidak dibombardir dengan CD Mozart,
Flashcard , dan kemampuan baca tulis sedini mungkin. Namun ternyata riset –riset
yang ia temui selama menulis buku ini menunjukkan arah lain. Benar bahwa
tahun-tahun pertama seorang anak sangatah penting dalam perkembangan otak
seorang anak, namun kemampuan paling signifikan yang dapat diberikan pada
seorang anak bukan lah hal-hal yang didapat dari flashcard . Bukan tidak
perduli pada kemampuan membaca atau menulis anaknya, namun ia percaya bahwa
kemampuan itu akan datang dengan sendirinya karena orang tuanya suka membaca
dan rumahnya penuh dengan buku. Yang justu harus dibangun dan diarahkan sedini mungkin adalah
karakternya.
Ya mungkin segitu dulu reviewnya.. lumayan banyak insight
namun sepertinya kalau ingin benar2 komprehensif harus membaca sendiri
bukunya.. bisa dibeli di Books & Beyond , harganya lupa .
200 halaman , Bahasa Inggris.
200 halaman , Bahasa Inggris.
J