Lean In – Women , Work and The Will To Lead
Kali ini saya akan menulis resensi buku diatas, mudah2an ini
bukan resensi pertama saya di blog ini J
Buku ini ditulis oleh Sheryl
Sanberg , Chief Operating Officer di Facebook , salah satu 50 wanita
paling berpengaruh menurut majalah Fortune dan 100 Orang paling berpengaruh
versi majalah Time.
Pada Tahun 2010, ia memberikan TEDTalk dimana ia menyatakan
bahwa wanita, secara tak sadar menahan diri dalam karirnya. Dia menulis buku
ini berdasarkan pengalamannya sendiri dalam mengambil keputusan,
kesalahan-kesalahan dan perjuangannya tiap hari untuk dapat membuat keputusan
yang tepat untuk diri nya sendiri, untuk karirnya dan untuk keluarganya.
Saya rasa buku ini
cocok dibaca oleh ibu-ibu muda yang baru meniti karir dan baru dalam membentuk
keluarga. Banyak ibu muda seperti saya yang pasti sering sekali menghadapi
dilema dalam bekerja. Galau… bagaimana menyiasati dan menyeimbangkan semuanya.
Karena saya sudah selesai membaca buku ini, maka saya hanya
akan menghighlight bagian-bagian yang saya rasa menarik.
Fakta di Amerika 57% dari lulusan undergraduate dan 60% dari
lulusan Master’s degree adalah wanita, namun saat di dunia kerja wanita
memiliki penghasilan 77% dari pria .
Dewasa ini, sudah banyak sekali kesempatan yang dibuka bagi
wanita di dunia kerja, namun ternyata halangan kemajuan wanita, bukan lagi dari
luar, bukan lagi diskriminasi dari para pria, namun ternyata halangan terbesar
adalah dari diri wanita itu sendiri.
Sheryl mencontohkan bagaimana sebagian wanita kurang
memiliki ambisi dalam bekerja, dalam rapat-rapat mereka cenderung untuk hanya
diam dan takut dalam mengemukakan pendapatnya.
Dalam acara-acara jamuan makan malam, dimana para pria akan
mengambil tempat strategis di meja kehormatan, berusaha untuk dapat menyapa
para direksi, para wanita akan berkumpul di meja belakang bersama para wanita
lainnya. Padahal tidak ada larangan bagi wanita untuk duduk di meja depan.
Hal lain mengenai gaji, pria berani untuk meminta gaji
lebih, namun biasanya wanita lebih menahan diri untuk hal ini.
Hal yang menarik adalah ketika seorang pria diberikan suatu
pekerjaan yang menantang, pria cenderung untuk mengoverestimate kemampuannya..
Para pria akan yakin 100%mereka mampu, walaupun sebenarnya diatas kertas kemampuan mereka hanya 60%
saja. Berbeda dari para wanita yang diberikan tantangan baru tersebut, walaupun
para wanita tersebut kemampuannya 80% diatas kertas, namun mereka justru akan
mengunderestimate kemampuan diri sendiri dan para wanita justru fokus kepada
kelemahan2 yang mereka miliki. Dibandingkan pria yang fokus pada kekuatannya,
para wanita cenderung lebih fokus kepada kelemahan yang mereka miliki walaupun
hanya sedikit.
Pola pikir seperti ini yang harus dirubah oleh wanita di
dunia kerja.
Memang tidak mudah menjadi wanita bekerja.. Harus ada
dukungan dari suami.. Itu pasti. Hal ini
disampaikan dalam bab “Make your partner a real partner”
Disini Sheryl menyatakan bahwa ia dan suaminya membagi tugas
tugas rumah tangga dan pengasuhan anak 50%: 50%. Di awal semua jadwal sudah
dipersiapkan, siapa yang pada hari apa akan menjemput dan mengantar anak. Siapa
yang akan menemani saat ada kegiatan dengan anak.
Memang harus ada komitmen, sesibuk apapun Sheryl, ia
mengusahakan sudah di rumah saat makan malam. Dan pasti ada juga saat saat ia
rapat sampai larut malam, dimana suaminya lah yang akan makan bersama
anak-anak. Begitu pula sebaliknya saat suaminya sibuk.
Tentu saja hal ini harus disepakati diawal bersama dengan
pasangan hidup .
Sebagai wanita yang kodratnya adalah hamil dan melahirkan,
Sheryl pun pernah merasakan set back dalam karirnya. Saat merencanakan hamil
anak kedua, ia pernah ditawari posisi sebagai COO LinkedIn. Posisi yang harus
ia tolak karena lebih mementingkan program kehamilan kedua. Namun keputusan seperti
itu harus dijalani tanpa terlalu banyak penyesalan.
Buktinya setelah melahirkan anak kedua, ia ditawari posisi
sebagai COO Facebook.
Bab “It’s a Jungle Gym not a Ladder” Sheryl memberikan
nasihat mengenai karir, bahwa dalam karir sekarang ini, tidak seperti tangga ke
atas, namun kadang kita harus menerima rotasi kesamping, bahkan terkadang harus
turun tangga untuk mencapai posisi yang baik. Sebagai wanita juga harus terbuka
terhadap tiap kesempatan.
Nasehat yang ia sampaikan dalam bab “Don’t leave Before you
Leave”, adalah bahwa bila belum saatnya harus berhenti dari perkerjaan.. jangan
berhenti duluan, jangan kalah duluan.
Beberapa wanita yang bahkan belum menikah dan punya anak,
menahan diri dari karirnya dengan alasan bahwa mereka suatu hari akan menikah
dan punya anak, dan pasti mereka tak akan bisa bekerja penuh tantangan.. Helloo
… punya pacar pun belum kenapa mikir sejauh itu..
Ada juga ketika menikah langsung menolak tantangan dalam
bekerja, padahal belum hamil, dan kalaupun hamil masih ada 9 bulan untuk bisa
bekerja dengan baik.
Jadi jangan berhenti.. sebelum memang harus berhenti..
Ini agak jleb juga sih buat saya, yang kadang suka juga
berpikir seperti ini.. padahal mungkin lebih baik untuk memikirkannya nanti
saja kalau memang sudah kejadian..
Dalam “The Myth of Doing It all”, Sheryl menceritakan
awal-awal menjadi seorang ibu di Facebook.
Ia memiliki karir yang bagus dan ketika punya anak, ia pun
tak ingin tampil tidak profesional , dan telihat seperti “emak-emak” yang tidak
kredibel dalam bekerja. Alhasil ia pun harus bekerja lebih keras dari rekan
prianya, bangun jam 5 pagi untuk membalas email, sambil menyusui. Bangun lebih
malam, setelah menyusui bekerja lagi. Terkadang teleconference sambil menyusui
dan mengurus bayi. Ia ingin tetap perform dalam pekerjaan. 6 bulan pertama nya
sangatlah berat.
Namun lambat laun, Ia mulai bisa membagi waktunya.. dan
menerima bahwa memang tidak semua bisa dilakukan .
Rasa bersalah
meninggalkan anak ketika harus keluar kota ataupun rapat sampai larut malam akan
selalu ada.. itulah bedanya dengan pria.. Pria tidak punya rasa bersalah
seperti itu ketika harus dinas ataupun lembur.
Selalu ada semacam timbangan yang seolah olah menimbang
waktu wanita pekerja dengan anak-anak mereka.
Suatu penelitian dari National Institute of Child Health and
Human Development mengenai pengasuhan dan perkembangan anak, terutama mengenai
pengasuhan ibu yang ekslusif vs child care, yang meneliti seribuan anak-anak
selama 15 tahun menyimpulkan bahwa, anak yang diasuh secara eksklusif oleh
ibunya saja, tidak memiliki perbedaan perkembangan dengan anak yang diasuh
dengan bantuan orang lain (misal nanny atau child care). Tidak ada perbedaan
kemampuan kognitif, bahasa, sosial, dan kemampuan membina hubungan.
Faktor-faktor dalam pola pengasuhan – termasuk peranan aktif
ayah yang responsif dan positif, ibu yang memiliki sikap “membebaskan sikap
anak” dan orangtua yang harmonis, lebih mempengaruhi perkembangan anak dua
sampai tiga kali lipat dibandingkan pola pengasuhan lainnya.
Jadi hal ini harus dibaca pelan-pelan nih “ Pengasuhan
ekslusif oleh ibu tidak berpengaruh terhadap lebih baik atau lebih buruk
perkembangan seorang anak” sooo tidak
ada alasan bagi seorang ibu untuk merasa bahwa mereka membahayakan perkembangan
anak dengan memutuskan untuk bekerja.
Tujuan akhir dari Sheryl adalah bahwa wanita harus lebih
berani dalam mengejar karirnya, harus berani dalam berdiskusi dengan pasangan
hidup akan peranan seimbang dalam berkarir dan rumah tangga.. Karena bila makin
banyak wanita di posisi atas, maka diharapkan akan lebih banyak juga kebijakan
pro wanita dalam lingkungan kerja, yang pada akhirnya dapat mendukung wanita
dalam berkarir. Karena kalau bukan wanita siapa lagi yang akan memperjuangkan
kesejahteraan wanita dalam pekerjaan.
Namun memang buku ini lebih applied pada wanita-wanita yang
memang memiliki pilihan untuk berkarir. Beberapa wanita tidak punya pilihan
seperti itu dimana memang mereka tidak punya biaya untuk childcare yang baik
untuk mendukung karirnya, sehingga memang opsinya hanya sebagai ibu yang
dirumah.
Tidaksemua wanita memiliki ambisi untuk mencapai posisi
puncak dalam bekerja.. Hal itu tidak masalah, yang penting adalah ketika sudah
menemukan sesuatu yang disukai untuk dikerjakan, apapun itu.. Lean In.. atau
dalam hal ini terjemahan bebas saya untuk Lean in adalah.. kalau sudah masuk di
suatu pekerjaan, maka jangan hanya diluar saja, jangan dikulitnya saja, tapi
harus benar-benar “lean in” Nyemplung kali ye.. sampai basahhhh.
Kalo penasaran bukunya bisa dibeli di Books and Beyond.. Harga 180rb setelah diskon natal 20%. 180 halaman, Bahasa Inggris.
Happy reading :)
Happy reading :)
Novel ini ada terjemahan bahasa indonesianya?
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSetau saya belum dan ini bukan buku novel (fiksi) melainkan semacam pengalaman pribadi dari tokohnya.
ReplyDelete