Mendidik Anak
secara Katolik (Aplikasi: Thania, 3th)
Enam tahun lalu, 10 November 2007, salah
satu Janji Perkawinan kami adalah “bersedia menjadi orang tua yang baik bagi
anak-anak yang dipercayakan Tuhan dan mendidik mereka menjadi orang Katolik
yang setia”. Implementasi janji tersebut pada kenyataannya tidak semudah
mengucapkannya di depan altar. Sharing di
bawah ini baru sebagian keciiill yang sudah kami terapkan sampai hari ini untuk
Cecilia Nathania Witono (3 tahun). Proses belajar ini kami lakukan dari
berbagai sumber tapi yang paling terutama adalah Orang Tua kami. Dan yang
sangat penting adalah berserah serta mohon petunjuk dan roh kebijaksanaan dari
Allah Bapa.
Menurut kami, salah satu kunci dari
pendidikan agama di rumah adalah contoh/ teladan dari Orang Tua, membangun
kebiasaan serta disiplin dalam penerapannya. Anak, dalam perkembangannya akan
mulai belajar dengan meniru Orang Tua atau orang-orang di sekelilingnya.
1. Baptis
Thania dibaptis saat usianya kira 3 bulan.
Alasannya sederhana, ceritanya kami memang baru siap mengekspos thania keluar
rumah diatas 3 bulan he3x… Kami sepakat untuk membaptis Thania sejak bayi
karena itulah salah satu perwujudan janji perkawinan kami untuk mendidik anak
secara Katolik. Thania dibaptis dengan nama Santa Pelindung “Cecilia” (Santa
Pelindung Para Seniman & Pemusik). Diperingati oleh Gereja Katolik setiap
tanggal 22 November sedangkan Thania lahir tanggal 23 November. Sejak lahir
nama baptisnya sudah dicatat di Akta Kelahiran supaya nama tersebut terus menjadi
satu kesatuan dengan nama lainnya dalam setiap kesempatan di kemudian hari.
2. Doa Bersama
Kami memiliki kebiasaan untuk doa malam bersama.
Jadi sejak Thania masih dalam kandungan, dia sudah terbiasa mendengar orang
tuanya berdoa bersama. Setelah lahir, sejak masih bayi, walau thania belum
paham, kami tetap membiasakan doa malam bersama di sekeliling tempat tidur
(box) thania. Hingga usianya saat ini, kami selalu mengusahakan untuk berdoa
malam bersama. Tidak selalu sempurna, karena kadang ada hari-hari Thania sudah
sangat mengantuk sehingga dia tidak mampu untuk duduk dan doa bersama,
sebisanya kami berdua tetap berdoa di sampingnya.
Saat Thania sudah mulai bisa sedikit bicara atau
berkomunikasi, kami mulai mengajarkan juga doa makan dan doa bersama sebelum kami
berangkat kerja. Pada kesempatan travelling,
di dalam pesawat pun kami ajarkan berdoa. Begitu juga saat Misa di gereja.
Kami mencontohkan/ mengajarkan membuat tanda salib
dan doa-doa singkat ke Thania, biasanya cukup 1 – 2 kalimat selesai. Dengan demikian
memudahkannya untuk mengulang kembali doa tersebut. Untuk doa malam atau doa
pagi kami berdua melanjutkan dengan doa Salam Maria atau Bapa Kami dimana
Thania tetap mendengarkan.
Puji Tuhan dengan perkembangannya saat ini, Thania
sudah bisa membuat tanda salib (walau belum 100% benar he3x..), di beberapa
kesempatan dia sudah bisa mengucapkan doa makan atau doa malam sendiri, beberapa
kali Thania yang mengingatkan kami bila berangkat kerja belum doa pagi, sudah
bisa doa Salam Maria secara runut walau belum sempurna pengucapannya.
3. Ke Gereja
Membawa Thania ke gereja dimulai sejak Thania
sudah dibaptis. Waktu masih bayi, kami selalu mengusahakan duduk di dalam
gereja, bahkan saat Thania masih tidur di stroller, kami biasanya mengambil
tempat di pojok dekat dinding supaya tidak mengganggu Umat lainnya. Saat Thania
mulai bisa digendong, kami mulai duduk kembali ke bangku Umat. Saat awal Thania
mulai makan, kami harus duduk di samping gereja bagian luar, karena jadwal misa
yang pagi biasanya Thania belum sempat makan di rumah jadilah kami harus
menyuapi di luar. Sekarang, setelah Thania bisa bangun lebih pagi dan sarapan
di rumah, kami bisa kembali ke bangku Umat di dalam Gereja.
Prinsip yang kami ajarkan di Gereja adalah selama
Misa, Thania harus tetap duduk bersama kami, tidak bermain atau lari
kemana-mana. Konsekuensinya, kami harus menyiapkan “sambilan” untuk mengisi
waktunya selama Misa yang kurang 1.5 jam tersebut. Mulai dari membawakan snack
dan susu UHT-nya, membelikannya Alkitab bergambar untuk Anak-Anak, termasuk
pada salah satu Misa Pekan Suci kami harus membawakan kertas bergambar untuk
diwarnai. Memang di beberapa gereja, Pastor Parokinya menghimbau untuk tidak
membawa makanan ke gereja, tapi demi mendidik anak dengan liturgi Gereja dan
membangun kebiasaan bahwa ke Gereja berarti duduk di dalam bersama Orang Tua,
membuat bagi kami urusan membawa makanan ini jadi prioritas ke sekian. Kami
percaya akan tiba usianya dimana semua “sambilan” tersebut bisa di-stop dan
pada waktu tersebut anak sudah terbangun kebiasaan ke gereja yang baik dan
memahami liturgi gereja Katolik. Dengan anak duduk di gereja bersama Orang Tua,
kita pun bisa mengikuti Misa dengan lebih tenang.
Selama di Gereja, kami sengaja memperlihatkan dan
membangun ketertarikan kepada Thania unsur-unsur Liturgi misalnya Romo,
Misdinar, Dirigen, Lektor, Gong dan kerincingan saat Doa Syukur Agung, bila ada
Bapa Uskup dengan tongkatnya, membawanya ke depan saat pemberkatan anak, dan
mengikutkannya saat anak-anak sekolah Minggu bernyanyi di depan (walau pun
sampai sekarang, Thania belum sekolah minggu). Bersyukur banget bahwa liturgi
Gereja Katolik itu penuh warna dan banyak unsurnya.
Puji Tuhan sampai usianya saat ini, Thania selalu mau
dan “betah” ikut misa hari minggu. Tahun 2013 ini, pertama kalinya, Thania kami
ajak ikut Misa Kamis Putih, Malam Paska, dan Malam Natal yang durasinya agak
lebih lama dan syukurlah Thania bisa mengikuti semua liturgi dengan baik dan
tetap duduk bersama kami. Sekarang kalau maju menerima berkat sudah jalan
sendiri dengan tangan sikap berdoa. Kalau habis berkat, nagih minta nyanyi di
depan, walau hanya lip sing. Sudah
bisa menyanyikan lagu “Salam Damai”, “Tuhan Kasihanilah Kami” dan “Alleluya”.
Sudah bisa menirukan orang berdoa sambil berlutut, mengangkat tangan saat
konsekrasi, termasuk berlutut sebelum masuk atau keluar dari bangku.
3 tahun dan jalan masih panjang bagi kami
untuk mendidik anak-anak yang TUHAN percayakan, masih panjang juga perjalanan
belajar kami untuk bisa menjadi Orang Tua yang dapat diteladani. Semoga
keluarga kami kelak bisa menjadi serupa dengan Keluarga Kudus (Bunda Maria,
Santo Yusuf dan Yesus).
No comments:
Post a Comment