Family 3

Family 3
Just The Four of Us

Saturday, February 1, 2014

How Children Succeed - Review Buku


How Children Succeed - Grit , Curiosity and The Hidden Power of Character – Paul Tough

Long wiken gak kemana2.. ya sudah lah bikin resensi buku ke-dua J

Sebenarnya buku ini dah lama banget dibacanya, sebelum baca buku Lean In. Tapi baru sempet sekarang me-review nya. Semoga masih inget ya pointers nya.

Asli emang sekarang lagi suka baca-baca buku soal parenting, pendidikan dan karir.. emang faktor “U” kali ya.. emang “U” saya sekarang hal-hal tersebut lah yang penting.. ntar lain kali klo ada waktu mungkin bikin review buku 50 shades.. #eh.. heheheh.. bukunya aja blm punya kalo itu.. suwer :p.      
Kali aja ada yg mau minjemin boleh kakak.. :D XD

Oke waktunya serius sekarang..

Karena buku ini ditulis oleh orang Amerika, sedikit banyak membahas masalah pendidikan di sana.. beberapa hal bisa berlaku universal sih. Negara superpower seperti Amerika pun memiliki masalah mengenai pendidikan, dimana hal yang menjadi masalah adalah biasanya di daerah daerah miskin yang kebetulan banyak warga African American yang bermasalah dengan gangster, narkoba ataupun banyaknya single mothers. Anak-anak dari daerah tersebut yang biasanya lebih miskin memiliki nilai yang lebih rendah dari pada sebayanya yang berasal dari keluarga mampu. Dan bagaimana kebijakan publik bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menangani isu tersebut. Bagaimana bisa menjadikan anak-anak dari daerah miskin bisa bersaing dengan anak-anak lainnya.

Isu nya sangat kompleks, begitu juga buku ini saya rasa sangat kompleks membahas isu pendidikan tersebut. Banyak contoh-contoh yang disampaikan oleh penulis. Banyak sekali riset untuk menemukan sebenarnya faktor apa sih yang paling berpengaruh yang harus dimiliki anak-anak untuk dapat berhasil.

Yang bikin kagum dari buku-buku luar negeri memang semua riset yang harus dilakukan untuk menulis sebuah buku, jadi bukan hanya pendapat penulisnya saja. Tapi memang didasari oleh riset  sebelumnya. Saya masih menunggu nih ada ngga riset pendidikan di Indonesia. Jadi kurikulum bukan ganti-ganti begitu saja setiap ganti menteri. Kalaupun harus ganti ada dasarnya.. Bukan hanya studi banding atau mencontek negara lain. Karena tiap negara punya karakter, budaya dan masalah yang berbeda. Kebijakan pendidikan harusnya memang country specific. Apalagi di Indonesia banyak suku bangsa.. harusnya bisa culture specific.

Yang disampaikan penulis juga bahwa saat ini kita hidup di dunia dimana sukses semata-mata dinilai dari hal-hal yang kognitif - yaitu kecerdasan yang biasanya diukur dengan IQ. Dan cara terbaik untuk meningkatkan kecerdasan adalah dengan cara mempelajari hal-hal kognitif sedini mungkin. Misalnya mulai belajar baca tulis sedini mungkin. Hal tersebut benar misalnya adalah bila seorang anak kelas 4 SD ingin meningkatkan kemampuan membaca, maka membaca 40 buku selama liburan kenaikan kelas pasti akan meningkatkan kemampuannya. Namun bagaimana caranya meningkatkan hal hal yang tidak bisa diukur seperti meningkatkan rasa keingintahuan.

Salah satu riset menarik mengenai IQ adalah bahwa sebenarnya IQ juga dipengaruhi motivasi. IQ tidak seperti yang dahulu dipercaya bahwa IQ itu faktor dari lahir, dan seseorang dengan IQ yang rendah akan selamanya rendah.

Riset yang dilakukan pada tahun 60an ini membagi 79 anak dalam dua kelompok berumur 5 – 7 tahun yang berasal dari keluarga menengah ke bawah (Kelompok kontrol dan eksperimen). Pada tes pertama kedua kelompok diberikan tes IQ standar yang sama. Tujuh minggu kemudian anak-anak tersebut di tes kembali, namun kelompok eksperimen diberikan 1 buah coklat M&M untuk setiap jawaban yang benar. Pada test pertama kedua kelompok mendapat hasil yang sama, namun di test kedua terdapat perbedaan 12 point lebih tinggi pada kelompok eksperimen. Ternyata adanya motivasi yaitu reward berupa coklat M&M dapat meningkatkan kecerdasan??

Beberapa tahun kemudian dilakukan kembali test yang hampir sama, dimana pada test pertama semua anak digabung dan diberi test yang sama. Kemudian berdasarkan hasil tersebut dibagi tiga kategori yaitu IQ tinggi, IQ sedang dan IQ rendah. Kemudian ketiga kategori tersebut dibagi dua, yaitu kelompok kontrol dan eksperimental. Seperti sebelumnya setiap kelompok eksperimen dijanjikan 1 coklat M&M untuk setiap jawaban benar. Hasilnya, coklat M&M tidak terlalu merubah hasil pada kategori IQ tinggi dan IQ sedang, namun pada IQ rendah terjadi kenaikan hasil test yang signifikan. Hasil test kategory IQ rendah yang diberi M&M bahkan hampir menyamai kategori IQ sedang. Pertama hasil nya adalah 79 namun setelah diberi M&M menjadi 97.

Pertanyaannya kemudian adalah.. apakah benar anak-anak tersebut memiliki IQ rendah atau mereka sebenarnya tidak begitu.

Apakah seumur hidup harus diberikan reward M&M untuk setiap jawaban yang benar.. padahal, ketika kita belajar reward itu pasti akan ada. Walaupun tidak senyata dan secepat reward M&M , rewardnya adalah kemungkinan besar sang anak bisa lulus sekolah dengan nilai baik. Namun tiap pendidik tahu bahwa tidak semudah itu untuk memberi motivasi pada seorang anak agak berhasil demi reward yang belum terlihat di masa depannya.

Hal mengenai motivasi amatlah kompleks dan bahkan bisa menjadi senjata makan tuan. Hal ini dibuktikan dengan riset lainnya dimana memberi insentive bagi guru dan murid untuk nilai yang bagus ternyata tidak banyak meningkatkan hasil test lainnya seperti test membaca.

Analisa lain dari test IQ dan motivasi tersebut adalah benar bahwa anak-anak tersebut memang sebenarnya memiliki IQ 97 tapi mereka tidak memiliki keinginan kuat untuk berhasil makanya di test pertama skornya hanya 79. Faktor kurangnya kemauan tersebut sebetulnya adalah prediktor yang lebih akurat untuk kesukseksesan.. dimana kurangnya kemauan untuk berusaha keras pada anak-anak tersebut dapat terbawa sampai dewasa. Jadi sekarang faktornya adalah bagaimana meningkatkan rasa kemauan kuat tersebut. Kuncinya bukan lah semata IQ untuk berhasil.. tapi KARAKTER..

Menurut buku ini ada beberapa Karakter yang penting untuk dimiliki yaitu :

Grit (passionate commitment to a single mission), Self Control , Zest (enjoyment and enthusiasm) , Social Intelligence, Gratitude, Optimism dan Curiosity .

Dalam buku ini , penulis menyampaikan bahwa seperti hal nya kecerdasan terukur seperti kemampuan bahasa dan matematika, maka karakter pun bisa dibentuk dan diperbaiki. Penelitian pada anak-anak yang percaya bahwa kecerdasan dan karakter mereka bisa ditingkatkan, maka hasil testnya lebih baik daripada anak-anak yang percaya bahwa kecerdasan yang mereka miliki adalah dari lahir dan tidak bisa ditingkatkan lagi.



 


Faktor lain yang dibahas adalah juga pentingnya attachement parenting atau grooming di awal-awal kehidupan seorang anak. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen pada sekelompok anak tikus lab. Dimana anak tikus yang mendapatkan grooming dari induknya cenderung untuk lebih cerdas ketika dihadapkan pada masalah. Anak-anak tikus yang diperhatikan oleh induknya (groomed) akan lebih cepat mencari makanan. Sebaliknya pada anak-anak tikus yang tidak di groomed oleh induknya, mereka kurang cerdas dan akhirnya bisa kelaparan.
Hal ini seperti nya common sense saja ya, kalau melihat anak-anak yang kurang perhatian orang tua memang cenderung bermasalah juga di sekolah. Namun ternyata nice to know bahwa memang ada penelitian yang mendukung hipotesa itu.
Hal tersebut menjadi pengingat akan pentingnya kasih sayang di awal-awal kehidupan anak.

Salah satu kesimpulan Penulis dari buku ini adalah :

Seperti kebanyakan orang tua lain yang awalnya khawatir bahwa anaknya tidak akan sukses bila tidak dibombardir dengan CD Mozart, Flashcard , dan kemampuan baca tulis sedini mungkin. Namun ternyata riset –riset yang ia temui selama menulis buku ini menunjukkan arah lain. Benar bahwa tahun-tahun pertama seorang anak sangatah penting dalam perkembangan otak seorang anak, namun kemampuan paling signifikan yang dapat diberikan pada seorang anak bukan lah hal-hal yang didapat dari flashcard . Bukan tidak perduli pada kemampuan membaca atau menulis anaknya, namun ia percaya bahwa kemampuan itu akan datang dengan sendirinya karena orang tuanya suka membaca dan rumahnya penuh dengan buku. Yang justu harus dibangun dan diarahkan sedini mungkin adalah karakternya.

Ya mungkin segitu dulu reviewnya.. lumayan banyak insight namun sepertinya kalau ingin benar2 komprehensif harus membaca sendiri bukunya.. bisa dibeli di Books & Beyond , harganya lupa .
200 halaman , Bahasa Inggris.

 J