Family 3

Family 3
Just The Four of Us

Wednesday, June 26, 2013

People grieve in a different way


Orang tua bilang.. semakin tambah usia maka semakin banyak makan asam garam kehidupan ini.. semakin banyak pengalaman yang memperkaya hidup, pengalaman sedih, susah, senang semua akan membuat kita semakin bijaksana...

Mungkin hal ini benar dalam kejadian yang menimpaku baru-baru ini..

Aku merasa lebih siap dan lebih pasrah menghadapi cobaan hidup yang datang.. Hmm benarkah itu?

Sebenarnya kadang aku juga merasa heran dengan diri sendiri.. kenapa kali ini sepertinya aku jauh lebih tenang dari sebelumnya. Bahkan kadang menyalahkan perasaan tenang itu.. salah nggak sih merasa begini? Aku memang sedih.. itu pasti.. tapi tidak seperti yang dulu.

Jadi .. ceritanya pertengahan Mei lalu, setelah pulang dari Bali (suit suit.. pret.. :D ) ,
aku positif hamil.. wow luar biasa rasanya.. surprised banget..
memang kami merencanakan untuk menambah momongan ketika Thania sudah nanti sekitar 3 th. Namun, kami tidak terlalu berharap bahwa setelah melepas alat kontrasepsi begitu cepat hasilnya.. :D  Magic .. hahahaha

Kami bahagia.. aku pun bahagia, walaupun jauh di lubuk hati, setelah pengalaman ku blighted ovum 1x dan still birth 1 x, aku sedikit membentengi diri dari perasaan yang terlalu attached dengan janin yang bertumbuh di tubuhku.. setidaknya sampai trimester kedua lah.. dimana kemungkinan survive lebih tinggi..

Bahkan saat hamil Thania dulu aku pun tidak bisa tenang.. gimana tidak karena kakaknya Gaby pun meninggal ketika sudah 9 bulan dalam kandungan.. Jadi kadang kusimpulkan dengan bercanda di hati.. aku ini termasuk yang gampang positif  (padahal rajin juga lho usahanya, hehehehe) tapi susah ketika melewati kehamilannya..

Mungkin seharusnya hal itu tidak kubatin dalam hati..

Karena akhirnya kejadian lagi di kehamilan yang ke-empat ini..

Di awal Juni setelah kehamilan sekitar 7 minggu (hitungan kalender) aku flek dan harus bedrest di rumah selama 8 hari. Dokter sempat mendiagnosa blighted ovum lagi karena diusia 7 minggu belum keliatan janinnya melainkan hanya kantong saja yang ukurannya pun lebih kecil dari seharusnya. Fleknya sedikit dan hanya berlangsung 3 hari setelah itu stop. Memang di kehamilan ini awalnya aku nggak terlalu mual, tp kuyakinkan diri kalau itu hanya lah reaksi yang berbeda-beda di tiap kehamilan.. tidak semua orang mual saat hamil.

Anehnya ketika akhirnya flek berhenti dan aku minum obat penguat rahim aku mulai mual2 yang lumayan hebat.. disitu aku malah senang.. karena mual berarti kehamilanku masih baik2 aja.  Seminggu kemudian cek up lagi dan kami sungguh berbahagia karena dokter sudah menemukan janin dalam kantongku.. dan di USG tampak berkedip2 seperti detak jantung di dalam janin tersebut.. Dari USG dinyatakan usia janin 7 minggu (kalau hitungan kalender 7 minggu).

Akhirnya aku kembali masuk kerja dan menjalani kehamilan dengan biasa.. aku mencoba makan sehat, rajin minum obat dan vitamin. Sampai akhirnya akhir Juni kembali memeriksakan diri ke dokter. Saat itu mual-mualku sudah berkurang dan kupikir aku hanya beruntung bahwa tidak terlalu lama mengalami mual muntah.

Ternyata kami sangat terkejut ketika dengan USG transvaginal dokter menyatakan bahwa baby kami sudah meninggal.. jadi dari USG terlihat bahwa tidak ada aliran darah ke baby dan pada jaringannya sudah terjadi pembengkakan.

Dokter pun menyarankan untuk segera kuret agar tidak terjadi infeksi dan komplikasi yang lebih parah.

Saat itu saya hanya pasrah.. walopun sempat juga kepikiran tender plan yang urgent beserta semua pending inquiry L

 

Akhirnya siang itu juga saya masuk RS dan sorenya langsung dikuret.. Pikiran sempat blank.. ngga ada rasa sedih yang berlebihan atau pertanyaan dan denial seperti yang dulu..  Aku agak bingung juga kenapa rasanya blank gini.. Aneh? Dont I love this baby?

Memang sejujurnya ketika mengetahui soal flek yang pertama kali, aku sudah seperti membentengi diri, agar tidak terlalu attached.. agar tidak terulang trauma yang dulu. Kupikir bila aku belum terlalu attached maka bila terjadi sesuatu aku ngga akan terlalu down juga. Jadi kujalani semuanya dengan lebih santai.

Di satu sisi hal ini membuatku juga bingung.. seolah2 hanya sedikit kesedihan dalam hati.. seolah2 hal ini tidak seberarti yang dulu.. apakah ini memang suatu bentuk kepasrahan? Atau ini justru karena perasaanku telah tumpul?

Anyway hal yang pernah kubaca mengenai proses grieving setelah kehilangan bayi kurang lebih seperti ini :

Hal-hal dibawah ini pun aku rasakan..

  1. Syok dan Penyangkalan

Kaget dan syok ketika pertama kali diberi tahu oleh dokter, kemudian diikuti rasa tidak percaya kenapa hal seperti ini terjadi pada kita. Ketika bangun tidur rasanya seperti mimpi.. berharap bangun dari mimpi buruk.  Saat stillbirth dahulu tahap ini berlangsung cukup lama.. mungkin sekitar sebulan saya merasa seperti ini.

  1. Marah, Rasa bersalah, Depresi

Marah pada diri sendiri kenapa tidak tahu bahwa hal ini terjadi, marah pada dokter dan rumah sakit yang kurang tanggap.. kurang cepat actionnya. Rasa bersalah begitu dalam.. kenapa diberi kepercayaan hamil tidak dijaga dengan baik..  Marah pada Tuhan juga pernah.. Marah pada sekitar tanpa alasan yang jelas. Marah kalau ditanya orang mengenai kejadian tsb.

Ini semua salahku, aku pasti melakukan sesuatu yang salah.. Ini pasti karena waktu itu aku menyetir sendiri. Ini pasti karena aku lalai menghitung tendangan bayi, ini pasti karena aku tidak teliti saat kontrol ke dokter.. ini pasti karena aku terlalu percaya dokter, ini pasti karena aku dulu belum siap untuk hamil, ini pasti karena dulu aku ingin sedikit menunda kehamilan... Rasa bersalah demikian besar.. sampai dua tiga bulan setelah peristiwa stillbirth aku masih merasa ini.. bahkan bisa dibilang sampai sekarang juga terkadang masih merasa begini.

Depresi kurasakan juga sampai mungkin 3 atau 4 bulan setelah kejadian.. menangis malam2 sendirian.. tidak suka melihat orang lain hamil atau sedih melihat anak kecil. Saking depresinya pernah aku katakan pada ibuku.. aku nggak akan pernah bisa tertawa lagi seperti dulu..

  1. Acceptance (Menerima)

Time heals... memang benar bagi ku.. sekitar 6 bulan setelah kejadian stillbirth baru aku bisa sedikit menjalani hidup dengan agak normal.. mulai bisa tertawa.. mulai ada optimisme kembali.. apalagi karena sudah mendekati waktunya aku boleh hamil lagi.. mulai ada harapan.. Mulai memaafkan diri sendiri.. dan berdamai dengan Tuhan.

Yups begitulah yang dulu kualami yang anehnya sepertinya tahapan2 itu kulalui dengan lebih cepat kali ini..

Mungkin ngga ada benar salah dalam hal ini.. People grieve in a diiferent way.. The first time was different to the second and third time.. I guess .. again... there is no right or wrong and I should’t worry about it so much.
 
Anyway... Semoga setelah hasil patologi keluar bisa ketauan apa penyebabnya keguguran kemarin :)