Orang tua
bilang.. semakin tambah usia maka semakin banyak makan asam garam kehidupan
ini.. semakin banyak pengalaman yang memperkaya hidup, pengalaman sedih, susah,
senang semua akan membuat kita semakin bijaksana...
Mungkin hal
ini benar dalam kejadian yang menimpaku baru-baru ini..
Aku merasa
lebih siap dan lebih pasrah menghadapi cobaan hidup yang datang.. Hmm benarkah
itu?
Sebenarnya
kadang aku juga merasa heran dengan diri sendiri.. kenapa kali ini sepertinya
aku jauh lebih tenang dari sebelumnya. Bahkan kadang menyalahkan perasaan
tenang itu.. salah nggak sih merasa begini? Aku memang sedih.. itu pasti.. tapi
tidak seperti yang dulu.
Jadi ..
ceritanya pertengahan Mei lalu, setelah pulang dari Bali (suit suit.. pret.. :D ) ,
aku positif hamil.. wow luar biasa rasanya..
surprised banget..
memang kami merencanakan untuk menambah momongan ketika Thania sudah nanti sekitar 3 th. Namun, kami tidak terlalu berharap bahwa setelah melepas alat kontrasepsi begitu cepat hasilnya.. :D Magic .. hahahaha
memang kami merencanakan untuk menambah momongan ketika Thania sudah nanti sekitar 3 th. Namun, kami tidak terlalu berharap bahwa setelah melepas alat kontrasepsi begitu cepat hasilnya.. :D Magic .. hahahaha
Kami
bahagia.. aku pun bahagia, walaupun jauh di lubuk hati, setelah pengalaman ku
blighted ovum 1x dan still birth 1 x, aku sedikit membentengi diri dari
perasaan yang terlalu attached dengan janin yang bertumbuh di tubuhku..
setidaknya sampai trimester kedua lah.. dimana kemungkinan survive lebih
tinggi..
Bahkan saat
hamil Thania dulu aku pun tidak bisa tenang.. gimana tidak karena kakaknya Gaby
pun meninggal ketika sudah 9 bulan dalam kandungan.. Jadi kadang kusimpulkan
dengan bercanda di hati.. aku ini termasuk yang gampang positif (padahal rajin juga lho usahanya, hehehehe) tapi
susah ketika melewati kehamilannya..
Mungkin
seharusnya hal itu tidak kubatin dalam hati..
Karena
akhirnya kejadian lagi di kehamilan yang ke-empat ini..
Di awal Juni
setelah kehamilan sekitar 7 minggu (hitungan kalender) aku flek dan harus
bedrest di rumah selama 8 hari. Dokter sempat mendiagnosa blighted ovum lagi
karena diusia 7 minggu belum keliatan janinnya melainkan hanya kantong saja
yang ukurannya pun lebih kecil dari seharusnya. Fleknya sedikit dan hanya
berlangsung 3 hari setelah itu stop. Memang di kehamilan ini awalnya aku nggak
terlalu mual, tp kuyakinkan diri kalau itu hanya lah reaksi yang berbeda-beda
di tiap kehamilan.. tidak semua orang mual saat hamil.
Anehnya
ketika akhirnya flek berhenti dan aku minum obat penguat rahim aku mulai mual2
yang lumayan hebat.. disitu aku malah senang.. karena mual berarti kehamilanku
masih baik2 aja. Seminggu kemudian cek
up lagi dan kami sungguh berbahagia karena dokter sudah menemukan janin dalam
kantongku.. dan di USG tampak berkedip2 seperti detak jantung di dalam janin
tersebut.. Dari USG dinyatakan usia janin 7 minggu (kalau hitungan kalender 7
minggu).
Akhirnya aku
kembali masuk kerja dan menjalani kehamilan dengan biasa.. aku mencoba makan
sehat, rajin minum obat dan vitamin. Sampai akhirnya akhir Juni kembali
memeriksakan diri ke dokter. Saat itu mual-mualku sudah berkurang dan kupikir
aku hanya beruntung bahwa tidak terlalu lama mengalami mual muntah.
Ternyata
kami sangat terkejut ketika dengan USG transvaginal dokter menyatakan bahwa
baby kami sudah meninggal.. jadi dari USG terlihat bahwa tidak ada aliran darah
ke baby dan pada jaringannya sudah terjadi pembengkakan.
Dokter pun
menyarankan untuk segera kuret agar tidak terjadi infeksi dan komplikasi yang
lebih parah.
Saat itu
saya hanya pasrah.. walopun sempat juga kepikiran tender plan yang urgent
beserta semua pending inquiry L
Akhirnya
siang itu juga saya masuk RS dan sorenya langsung dikuret.. Pikiran sempat
blank.. ngga ada rasa sedih yang berlebihan atau pertanyaan dan denial seperti
yang dulu.. Aku agak bingung juga kenapa
rasanya blank gini.. Aneh? Dont I love this baby?
Memang sejujurnya
ketika mengetahui soal flek yang pertama kali, aku sudah seperti membentengi
diri, agar tidak terlalu attached.. agar tidak terulang trauma yang dulu.
Kupikir bila aku belum terlalu attached maka bila terjadi sesuatu aku ngga akan
terlalu down juga. Jadi kujalani semuanya dengan lebih santai.
Di satu sisi
hal ini membuatku juga bingung.. seolah2 hanya sedikit kesedihan dalam hati..
seolah2 hal ini tidak seberarti yang dulu.. apakah ini memang suatu bentuk
kepasrahan? Atau ini justru karena perasaanku telah tumpul?
Anyway hal
yang pernah kubaca mengenai proses grieving setelah kehilangan bayi kurang
lebih seperti ini :
Hal-hal
dibawah ini pun aku rasakan..
- Syok dan Penyangkalan
Kaget dan syok ketika pertama kali diberi tahu oleh dokter,
kemudian diikuti rasa tidak percaya kenapa hal seperti ini terjadi pada kita. Ketika
bangun tidur rasanya seperti mimpi.. berharap bangun dari mimpi buruk. Saat stillbirth dahulu tahap ini berlangsung
cukup lama.. mungkin sekitar sebulan saya merasa seperti ini.
- Marah, Rasa bersalah, Depresi
Marah pada diri sendiri kenapa tidak tahu bahwa hal ini
terjadi, marah pada dokter dan rumah sakit yang kurang tanggap.. kurang cepat
actionnya. Rasa bersalah begitu dalam.. kenapa diberi kepercayaan hamil tidak
dijaga dengan baik.. Marah pada Tuhan
juga pernah.. Marah pada sekitar tanpa alasan yang jelas. Marah kalau ditanya
orang mengenai kejadian tsb.
Ini semua salahku, aku pasti melakukan sesuatu yang salah..
Ini pasti karena waktu itu aku menyetir sendiri. Ini pasti karena aku lalai
menghitung tendangan bayi, ini pasti karena aku tidak teliti saat kontrol ke
dokter.. ini pasti karena aku terlalu percaya dokter, ini pasti karena aku dulu
belum siap untuk hamil, ini pasti karena dulu aku ingin sedikit menunda
kehamilan... Rasa bersalah demikian besar.. sampai dua tiga bulan setelah
peristiwa stillbirth aku masih merasa ini.. bahkan bisa dibilang sampai
sekarang juga terkadang masih merasa begini.
Depresi kurasakan juga sampai mungkin 3 atau 4 bulan setelah
kejadian.. menangis malam2 sendirian.. tidak suka melihat orang lain hamil atau
sedih melihat anak kecil. Saking depresinya pernah aku katakan pada ibuku.. aku
nggak akan pernah bisa tertawa lagi seperti dulu..
- Acceptance (Menerima)
Time heals... memang benar bagi ku.. sekitar 6 bulan setelah
kejadian stillbirth baru aku bisa sedikit menjalani hidup dengan agak normal..
mulai bisa tertawa.. mulai ada optimisme kembali.. apalagi karena sudah
mendekati waktunya aku boleh hamil lagi.. mulai ada harapan.. Mulai memaafkan
diri sendiri.. dan berdamai dengan Tuhan.
Yups begitulah
yang dulu kualami yang anehnya sepertinya tahapan2 itu kulalui dengan lebih
cepat kali ini..
Mungkin ngga
ada benar salah dalam hal ini.. People grieve in a diiferent way.. The first
time was different to the second and third time.. I guess .. again... there is
no right or wrong and I should’t worry about it so much.
No comments:
Post a Comment